[RP] First Day in Academy

Quote :

"dasar,begitu saja lelah,seperti yang sudah tua saja kau ini..."

"apa aku mengatakan "aku lelah?"", aku hanya ingin istirahat karena mulutku kering, bukan karena lelah." jawab Gin kalem. " kau memang seperti biasanya, langsung ke konklusi tanpa memerhatikan konteksnya, maka tak heran kamu selalu ceroboh dan sembrono" tambah Gin dengan nada tanpa ekspresi. "Ketua Alatar? aneh sekali, menanyakan pada orang yang hanya tahu wajah dan namanya saja. bukankah orang itu dekat denganmu? seharusnya kau yang paling tahu..." jawab Gin dengan setengah hati.

Quote :

" kau memang seperti biasanya, langsung ke konklusi tanpa memerhatikan konteksnya, maka tak heran kamu selalu ceroboh dan sembrono" tambah Gin dengan nada tanpa ekspresi.

Quote :

"Ketua Alatar? aneh sekali, menanyakan pada orang yang hanya tahu wajah dan namanya saja. bukankah orang itu dekat denganmu? seharusnya kau yang paling tahu..." jawab Gin dengan setengah hati.

"tadi kau bilang aku langsung ke konklusi tanpa memerhatikan konteksnya,dan mengataiku sembrono,pdahal kau sendiri seperti ini...Meskipun aku dekat dengannya,tidak berarti aku selalu tahu dia dimana...Justru dari pagi ini aku tidak melihatnya,makanya aku bertanya padamu,kalau2 saja kau melihatnya...dasar,sembrono saja kau ini" Jawab Reinard

"yah setidaknya kamu harusnya taw tempat-tempat biasa dia berada" jawab Gin dengan kalem, "aku tidak melihatnya, dan aku tidak peduli". lalu memalingkan mukanya ke arah Hutan Arbeland "kamu ini menganggu sekali kadang-kadang,sudah kubilang mulutku kering dan ingin istirahat"

Quote :

"hei noir, apa kita membuat masalah dengan prof. Kain taun lalu?" tanya allesta.

Noir yg dari tadi sedang melamun tersentak dengan pertanyaan allesata. (dan beberapa perdebatan kecil.a dengan anak tetra'las)
"hmm... entahlah, tapi menurutku tidak. biasa.a justru profesor kain yg buat masalah kan?"

Quote :

"astaga! Fuh. Noir, mereka itu sensitif ya. Inilah yang tidak kusuka dari petarung seperti mereka. Terlalu khawatir pada hal begitu. Mata elang mereka terkadang berlebihan..." bisik allesta pada noir. Sangat pelan sampai hanya mereka yg bisa mendengar.

"yah, begitulah.. mungkin karena mereka terlalu banyak bertarung. mata mereka sangat sensitif dan menganggap lelucon kecil sebagai pernyataan bertarung. hmpf... dengusnya kepada allesta.
"ya ampun.. kapan upacaranya akan dimulai? aku lapar sekali! sepertinya aku bisa menelan satu ayam kalkun bulat - bulat sekarang." tambahnya sambil mengerang.

Quote :

"yah setidaknya kamu harusnya taw tempat-tempat biasa dia berada" jawab Gin dengan kalem,

"Tentu saja aku tahu,tetapi aku tidak memiliki waktu untuk mencari dia,karena tadi aku bangun sedikit kesiangan.Jadi,aku langsung datang ke sini."

Quote :

"kamu ini menganggu sekali kadang-kadang,sudah kubilang mulutku kering dan ingin istirahat"

"Huh,kau pikir tingkah lakumu itu tidak menyebalkan?Terserah kau sajalah." gerutu Reinard.

Reinard melihat Gin memalingkan wajahnya ke arah hutan Arbeland.Sebetulnya Reinard ingin bertanya,tapi gin bilang dia ingin beristirahat,yah sudahlah,temannya yg satu ini memang kurang suka mengobrol.Dia pun berjalan bersebelahan dengan gin,menuju meja asrama mereka.

Quote :

"Terima kasih atas bantuannya.SULIT sekali bagiku untuk mendapatkan penawar racun untuk anak itu.Sekali lagi,saya ucapkan terima kasih banyak."

Nyuu~ Gak masalah~ gak masalah~ jawab naomi dengan senyum~

Quote :

"Sebentar Nona Wakil Kepala Sekolah". Tanpa disadari siapapun, Gin tiba-tiba muncul dari belakang Alice.

"Ijinkan aku bicara pada Nona Noir dan tuan Allesta,sebentar saja" Kata Gin dengan nada datar.

Naomi, yang bersiap kembali ke meja Alatar, secara refleks memutar badannya ke arah sumber suara itu, Gin~! "aneh sekali, tidak biasanya Gin seperti itu" pikir Naomi dengan khawatir. Ia melihat Gin menatap kepada 2 murid Ayleid, setelah wakil kepala sekolah memerintahkan Gin untuk membicarakannya nanti setelah upacara selesai, Gin mulai berjalan ke arah meja Terta'las. "Aku akan bicara pada Gin nanti" pikir naomi dalam hati, lalu bergegas menuju meja Alatar.

Naomi lalu duduk, dan ia tidak bisa melepaskan pandangannya ke meja tetra'las, terutama ke seorang murid tetra'kas yang sedang menatap ke arah Hutan Arbeland.."Gin..." gumam naomi lagi..dengan pelan..

Seorang anak perempuan datang ke meja alatar. tak jauh dari tempat Haru duduk. Hey, dia punya telinga seperti Haru juga. Lagi pula dia juga dari Alatar 'pasti dia white elf juga' kata Haru dalam hati

Aneh... selama Haru di sekolah ini kenapa baru bertemu wanita ini. 'lagipula dia cantik. hahha' Haru menyengir sendiri

Haru mendekati anak perempuan itu, tak bisa dihindari sifat ramah Haru yang ingin berkenalan dengan siapa saja. Haru heran mengapa anak ini selalu melihat ke meja Tetralas. Tapi apa peduli Haru.

"Hey, kau white elf juga ya ? grade berapa ? sepertinya aku baru melihat mu. Perkenalkan namaku Haru" Haru tersenyum ramah kepada anak itu.

Quote :

"oke miss..."

Alice mengangguk, tanda masalah sudah beres. Ia melangkah pelan sepanjang koridor antara meja Alatar dan Ayleid.

Nah, sekarang, satu masalah lagi.

Alice melirik pintu masuk dengan cemas.

Kemana sih Tuan Besar???

Alice hampir menjerit saking kesalnya. Ayolah, biarkan ini cepat selesai. Jujur saja, jika bukan kewajiban, sebenarnya acar seperti ini cukup membosankan.

Ia kan memiliki hal lain yang ingin dilakukannya daripada berdiri diam dan menunggu perang pecah? Oke, mungkin bukan perang, pertengkaran anak kecil.

...

Ralat, tampaknya mereka tidak bisa disebut anak kecil juga. Well, entahlah, Ia tidak peduli.

Alice melirik jamnya lagi. "Hmmmmppphhhh...."

Kain menghampiri Alice.
"Ada masalah?" Tanyanya enteng. "Yang tadi itu kenapa?" Tanyanya lagi, menunjuk ke tempat tadi tampaknya sengketa berlangsung.

Kain lalu melirik jam di tangan kanannya. "Tampaknya Pak Kepsek sangat terlambat tahun ini. Kenapa ya?"

Quote :

"Ada masalah? Yang tadi itu kenapa?"

Hhhhhh... Seperti harus dijelaskan saja.

"Ayleid dan Tetra'las. Apalagi?" Gerutu Alice. "Kau seperti baru kehilangan ingatan saja..." Tambahnya sambil masih mengecek pintu masuk dan jam tangannya bergantian.

Ayooolah~

Alice mengecek jam tangannya lagi.

Apa ia harus mengecek ke belakang? Bukan pekerjaan yang menyenangkan.

Suasana di luar tampak hangat dan bersahabat. Tapi suasana di 'Taman' belakan itu (baca : makam, kuburan, apalah itu) sama suramnya seperti Arbeland's Forests. Tak peduli secerah apapun cuaca hari itu.

Bukannya ia takut. Tapi hari itu ia malas berurusan dengan hal yang suram-suram.

Quote :

"Ayleid dan Tetra'las. Apalagi? Kau seperti baru kehilangan ingatan saja..."

Kain mengangkat sebelah alisnya.
"Oooh..." Angguknya. "Jujur saja, itu bukan hal yang perlu aku ingat dan pikirkan..." Kekehnya. Untuk apa memikirkan hal itu? Apalagi mengingatnya.

Tampaknya semua hal yang berhubungan dengan sekolah sudah menguap dari kepalanya selama musim panas ini.

Kain mengamati Alice.
"Perlu aku mencarinya?" Tawarnya, seakan membaca pikiran Alice yang tak tersuarakan.

Reinard akhirnya tiba di meja Tetra'las.Tetapi dia tidak langsung duduk,dia melihat ke sekeliling Aula.
"Pak kepala sekolah masih belum muncul juga,padahal anak2 tampaknya sudah siap memulai upacara,kecuali..."
Reinard mengalihkan pandangannya ke pintu masuk aula.
".Lilly,kira2 dia dimana ya?"gumamnya pada diri sendiri

Quote :

"Oooh... Jujur saja, itu bukan hal yang perlu aku ingat dan pikirkan..."

Alice melirik Kain dengan sebal.

Makhluk ini...

"Apa sih yang kau ingat dan pikirkan???" Ejek Alice pedas.

Quote :

"Perlu aku mencarinya?"

Hah?

"Tidak perlu.." Gumam Alice sambil masih bergantian menatap pintu dan jam. Kini ia menatap meja guru juga. "Terlalu banyak nada balas dendam dari suaramu..." Alice masih mengingat baik kejadian tahun lalu.

Bukan tidak mungkin kan, Kain hendak balas dendam dan menjadikan Fel sebagai sasaran?

"Lagipula, aku tidak akan menyerahkan kesenangan itu begitu saja~" Dendang Alice.

Kalau harus ada yang membawa Fel masuk, itu harus dia. Tidak peduli dengan cara damai atau dengan tergantung terbalik di udara.

Quote :

"Tidak perlu.. Terlalu banyak nada balas dendam dari suaramu..."

Kain tertawa tertahan.
"Hoi, hoi... Apa maksudnya dengan itu?"

Quote :

"Lagipula, aku tidak akan menyerahkan kesenangan itu begitu saja~"

Kain berpura-pura ketakutan.
"Tentu saja tidak, Nona besar. Siapa yang berani mengambil alih hak-mu?" Ujarnya Sarkastis. Kain melirik kembali jamnya.

"Baiklah, aku pergi dulu sebentar." Gumamnya sambil menepuk kepala Alice sekali. Boleh saja yang lain tetap diam dan menunggu. Tapi ia tidak. Perutnya sudah berteriak meminta makanan. Toh Kanata tidak pernah bilang tidak boleh meminta jatah makan lebih cepat.

"Sampai nanti!" Ia melambai dan keluar dari aula.

Quote :

"Baiklah, aku pergi dulu sebentar. Sampai nanti!"

"Tunggu, Kain...!" Tapi orang itu sudah hilang.

Bagus. Sekarang ia harus menunggu disini begitu?

"Huh..." Alice menggerutu dan berjalan ke Meja guru. Tampaknya ada beberapa kursi yang kosong.

Biarlah.

"Peduli amat." Alice mendesah pelan dan duduk manis di kursinya.

Suara gaduh di aula membuat Feldunost makin jengkel, ia tahu ia telat karena keasikan bermain mayat di ruang khusus nya tetapi karena gagal dihidupkan kembali, rasa jengkel menyelimuti Feldunost.

Dengan tenang dan malas Feldunost memasuki aula yang berisikan anak-anak baru yang akan memulai tahun ajaran baru di sekolah Celeste. Mereka terdiam sesaat sosok kecil memakai jubah merah darah panjang menyusuri aula dan naik ke atas podium.

Tatapan dari matanya yang gelap membuat anak-anak itu gugup dan tidak berani menatap Feldunost ke matanya. Setelah puas men-"death-glare" para murid baru, Feldunost pun memulai pidatonya.

"Ehm, selamat siang anak-anak sekalian dan para guru dan professor yang juga baru akan memulai belajar dan mengajar pada sekolah sihir Celeste ini. Nama saya Feldunost Ishrim dan saya kepala sekolah sekaligus pemilik sekolah ini." Feldunost pause sesaat, kemudian Feldunost menyandarkan lengannya pada podium, meruntuhkan image kepala sekolah yang kaku.

"Saya langsung saja katakan saya tidak suka basa basi, kalian para murid dan guru disini tugasnya adalah belajar dan mengajar. Tidak ada yang lain." Feldunost berhenti sejenak lagi, mencoba menyembunyikan fakta mengerikan lainnya.

"Untuk fasilitas dan lain-lainnya, silahkan bertanya kepada Alice saja. Sekian dan terima kasih.." ujarnya mengakhiri pidato dan menuruni podium. "Oh, satu lagi ... Jangan takut jika pada pagi harinya engkau bangun, engkau mendapati iklim pulau ini berbeda ... Hihihi" tambah Feldunost.

Alice memerhatikan saat sesosok jubah merah akhirnya muncul juga.

Bagus, tepat di detik akhir. Ya ampun...

'Dia harus bersyukur aku tidak harus sampai menyeretnya masuk...!!!' Gerutu Alice gemas sambil memerhatikan Fel yang dengan tenangnya berpidato.

Quote :

"Untuk fasilitas dan lain-lainnya, silahkan bertanya kepada Alice saja. Sekian dan terima kasih.."

Ha?

"Kok???" Protes Alice pelan sambil mengetuk-ngetukkan buku jarinya ke meja.

Tapi tampaknya tidak ada gunanya memprotes.

Sudah lah.

"Iya, iya...." Alice hanya mengangguk kecil.

Mendengar soal iklim allesta ingat tahun pertamanya. Dia hampir terseret angin kencang. Dia melakukan eksperimen selama 2 tahun. Akhirnya saat kelas 3 dia berhasil menangani masalah itu. Tidak masalah baginya walau hanya menggunakan seragam normal karena dia menciptakan ramuan agar tubuhnya tetap normal walau apapun cuacanya. Tapi tetap saja, kalau ada angin besar dia tak sanggup menghadangnya.
"tahun ini iklimnya akan bagaimana ya? Jadi ingin memecahkan rahasianya."

Quote :

"Hey, kau white elf juga ya ? grade berapa ? sepertinya aku baru melihat mu. Perkenalkan namaku Haru"

Naomi yang daritadi memperhatikan Gin tiba-tiba di kagetkan oleh suara seseorang. "ah..Nyuu~~" Ekspresi Naomi terlihat sangat kacau.."Nyuu...Maaf, Maaf~~! kayaknya Naomi ngelindur lagi~ ehehehe" Sambung Naomi dengan senyum dan sedikit tawa. "Naomi, Edeleine Naomi, Grade 4, dan iya, aku seorang white elf..salam kenal ya...Haru~" sambil menjabat tangan Haru.

Naomi lalu terdiam ketika melihat kepala sekolah masuk dan memberi sedikit pidato,dan lalu naomi melihat kepala sekolah itu turun podium.."Haru~ sepertinya Kepala sekolah itu sedikit menyeramkan ya~"

Wah... Wah... Apakah contoh yang baik kalau seorang professor datang lebih lambat dari kepsek yang biasanya sangat terlambat itu? Ah, biarlah... Toh mungkin tidak ada yang sedang mencari dirinya yang sedang asyik dengan uji cobanya kali ini.

"Araa...~ Alice-chan....~" ucap Ryuu melambaikan tangannya dari jauh. Ah! Kepsek sudah selesai pidato kah? tampaknya suasana disini agak menyesakkan?

Ryuu langsung menuju barisan guru dan dengan seenaknya duduk disamping Alice. Ia melihat ke seluruh ruangan dan... "Alice-chan... kemana prof.Kain? Aku tidak melihatnya dibarisan ini?" tanyanya pada atasannya yang imut-imut ini.

ketika sedang melihat ke arah hutan Arbeland, Gin langsung mendengar Irama Jantung yang di kenalnya. "Irama Jantung ini ya, humph, sudah datang", Gin Lalu menoleh ke arah Luar Aula dan melihat Feldunost Ishrim, Sang kepala Sekolah dan mulai menaiki podium.

Tanpa Minat Gin mendengar pidato dari Sang kepala sekolah.."Masih seperti dulu, Gemar membuat Murid-murid baru takut"..Setelah kepala sekolah turun podium,Gin menatap ke arah Hutan Arbeland lagi.

Quote :

"Alice-chan... kemana prof.Kain? Aku tidak melihatnya dibarisan ini?"

Yang satu menghilang, dan yang satu terlambat. Dua belum terlihat.

Hebat.

"Kain? Makhluk itu???" Alice hampir histeris. "Entahlah, mungkin ia tertelan cumi-cumi raksasa di danau."

Sebenarnya ia tidak mau berkata sepedas itu pada Ryuu. Tapi ia masih kesal.

"Sebaiknya kita mulai saja, kasihan anak-anak..." Alice bergumam lalu berdiri dari kursinya.

"Maaf telah membuat kalian semua menunggu!" Ujarnya sambil menunduk salah tingkah. "Sekarang, silakan kenyangkan dulu perut kalian!!!" Serunya lagi sambil menjentikkan tangan satu kali.

Seketika itu juga, serentak piring-piring keemasan muncul di sepanjang meja asrama dan meja guru, diikuti munculnya berbagai macam makanan. Iga panggang, daging gulung dan makanan-makanan lain yang menerbitkan air liur. Beraneka ragam buah dan cocktail. Puding-puding dan banyak sekali kue serta permen. Juga bertermos-termos minuman, dari air putih sampai beraneka jus dan Wine, untuk para guru.

Alice duduk lalu mencicipi sedikit makanan dihadapannya.

Setidaknya ada satu hal yang membuatnya senang.

Kemampuan masak Kanata tetap sama seperti tahun-tahun sebelumnya.

"Pie daging Ryuu?" Tawarnya.

Quote :

Dengan tenang dan malas Feldunost memasuki aula yang berisikan anak-anak baru yang akan memulai tahun ajaran baru di sekolah Celeste.

Waduh,Kepala sekolah sudah datang,tapi Lilly masih belum muncul juga...Bagaimana sih?Dia itu kan Dorm Leader alatar,kenapa bisa datang lebih lambat dari kepala sekolah?
Rasa khawatir dan jengkel karena Lilly belum datang juga pun menjadi bercampur aduk.

Quote :

"Oh, satu lagi ... Jangan takut jika pada pagi harinya engkau bangun, engkau mendapati iklim pulau ini berbeda ... Hihihi" tambah Feldunost.

"Ya ampun,tahun ini iklimnya akan seperti apa ya?" gumam reinard,meskipun dia tidak terlalu terpengaruh iklim yang sering berubah-ubah,tetap saja dia terganggu bila cuaca di Celeste tiba2 menjadi buruk.

Quote :

"Maaf telah membuat kalian semua menunggu!" Ujarnya sambil menunduk salah tingkah. "Sekarang, silakan kenyangkan dulu perut kalian!!!" Serunya lagi sambil menjentikkan tangan satu kali.

Tidak biasanya Lilly datang terlambat,hal ini benar2 mengganggunya.Sehingga meskipun makanan sudah tersedia diatas meja,reinard tidak terlalu bernafsu makan.Tetapi dia harus makan untuk mendapatkan energi kan?Reinard pun mengambil sepotong roti,dan memakannya sambil terus memandang ke arah pintu masuk aula,menunggu kedatangan seseorang...

Quote :

"Kain? Makhluk itu???" Alice hampir histeris. "Entahlah, mungkin ia tertelan cumi-cumi raksasa di danau."

"Ahahaha..." Ryuu tertawa sejenak. "Selera humor anda bagus sekali Alice-chan.." ucap Ryuu sambil terkekeh kecil.

Oh.. Sekarang makanan sudah terhidang di atas meja. Sungguh bau yang sangat menggoda! Apalagi Ryuu belum makan dari kemaren karena terlalu asyik dengan eksperimennya kali ini.
asakan Kanata memang sangat mengesankan!

Quote :

"Pie daging Ryuu?" Tawarnya.

"Ah.. terima kasih Alice-chan..^^" ucap Ryuu sambil mengambil pie yang ditawarkan atasannya itu. "Aahh..~ Bolehkah saya makan banyak hari ini Alice-chan? Dan... anou... tanaman yang sedang saya uji coba belum diberi makan juga dari kemaren, jadi... bolehkah saya membawa sebagian makanan dari sini?" tanya Ryuu sambil mengambil potongan besar daging ayam kalkun dan beberapa daging gulung.

Quote :

"Ah.. terima kasih Alice-chan..^^"

"Kembali~" Ujar Alice.

Ia tidak terlalu lapar kalau dipikir-pikir. Jadi setelah seporsi kecil Pie daging, Alice hanya mengambil apel hijau.

Quote :

"Aahh..~ Bolehkah saya makan banyak hari ini Alice-chan? Dan... anou... tanaman yang sedang saya uji coba belum diberi makan juga dari kemaren, jadi... bolehkah saya membawa sebagian makanan dari sini?"

"Tentu saja... kalu kurang, minta saja pada Kanata di dapur..." Ujar Alice sambil menggigit apelnya.

Eh...? Tunggu dulu....

"Tanaman?"

Apa lagi yang diciptakan Ryuu?