Kuro IT Staff
Posts : 148 Join date : 2009-06-08 Age : 31 Location : Bandung (pengen cepet pindah ke manapaun yangpenting jangan di Indonesia)
| Subject: Hal-Hal Sepele tetapi Unik yang Ditemukan di Jepang Sat Sep 12, 2009 8:38 pm | |
| semuanya ada 3 bagian jadi sing sabar we bacanya bagian 3bagian 2bagian 1nah sekarang isinya - Spoiler:
Hal-Hal Sepele tetapi Unik yang Ditemukan di Jepang (bagian 1) Setelah sekian waktu tinggal di Jepang, saya tidak terlalu menyadari sekian banyak hal unik yang saya temui di negeri para samurai ini. Yah... mungkin karena hal-hal itu merupakan hal sepele dan setiap harinya berseliweran di depan hidung saya, jadinya ya nggak terlalu ngeh deh!
Tapi setelah direnung-renungkan ternyata hal-hal sepele itu lumayan unik juga menurut saya. Perbedaan dan keunikannya baru nampak jelas bagi saya ketika saya pulang ke Indonesia. Membandingkan hal-hal sepele yang saya temukan di Jepang itu dengan yang ada di Indonesia, yang awalnya nampak biasa saja, tetapi ternyata malah jadi kontras sekali keunikannya.
Kali ini saya coba ceritakan hal-hal yang sekilas mungkin nampak sepele itu, tetapi keberadaanya sangat unik dan mungkin dapat menjadi ciri pembeda Jepang dengan negara lain.
Yang pertama adalah tentang sampel makanan. Bagi orang yang pertama kali melihat, mungkin akan mengira bahwa makanan yang biasanya dipajang di depan etalase toko adalah makanan betulan. Bentuk dan warnanya sangat menggoda kita untuk segera memakannya. Padahal itu semua hanya sampel makanan yang terbuat dari lilin. Bentuknya sangat unik dan mirip sekali dengan makanan aslinya, bahkan justru pada beberapa sampel makanan lilin itu malah lebih bagus penampilannya daripada makanan aslinya. Saya sendiri dulu sering terkecoh lho karena mengira itu sampel makanan asli.
Kalau untuk makan malam, saya biasa membeli nasi bento (bento man) di kantin dekat apato. Alasannya, karena selain harganya relatif murah, kita juga bisa mendapatkan beberapa lauk yang dapat mencukupi kebutuhan gizi kita. Tapi sebenarnya ada alasan lain yang membuat saya selalu membeli bento man itu. Jadi di kantin itu suka memberikan sampel bento yang terbuat dari lilin pada setiap pembeli. Harga bentonya sendiri nggak terlalu mahal, hanya sekitar 310-400 yen. Tapi yang penting saya bisa mendapatkan sampel lilinnya itu. Hehehe... Lumayan juga buat koleksi.
Masih tentang sampel makanan, ada satu lagi hal unik yang berkaitan dengan itu. Hampir di seluruh toko yang menjual makanan dan memajang sampel makanan di etalasenya, ternyata menyebutkan juga kandungan kalori di setiap makanannya. Di depan sampel makanan tersebut, biasanya tertulis jumlah kalori yang terkandung dalam makanan tersebut. Setiap makanan mengandung beragam besaran kalori, bahkan yang terbesar ada yang mencapai lebih dari 1.000 kalori dalam satu makanan. Penyebutan kandungan kalori ini mungkin terlihat sepele, tetapi nyatanya dapat membantu kita dalam mengontrol asupan kalori dalam tubuh kita. Hmmm... mungkin ini kali ya alasannya kenapa kebanyakan orang Jepang itu kurus-kurus alias jarang ada yang gemuk. Mereka dapat mengatur asupan kalori mereka setiap membeli makanan. Makanya berat badannya jadi mudah terkontrol.
Hal menarik lainnya, kita bisa juga menemukan roti/kue yang kalau di Indonesia dikenal dengan Roti Unyil. Disebut Unyil mungkin karena bentuknya yang mungil dan imut, seperti tokoh Unyil dalam acara khusus anak-anak jaman dulu. Lalu apa yang unik dan membedakan dengan roti unyil di Indonesia? Kalau di Indonesia kan biasanya kita membeli roti ini dengan boks yang kadang agak merepotkan. Apalagi roti-roti kecil itu tidak dikemas di dalam plastik. Jadinya kan kurang higienis. Nah... kalau di Jepang ada juga kue sejenis itu. Di lokasi perbelanjaan Nakamise, di Tokyo, kita akan mendapati padagang yang menjual kue yang sejenis. Bedanya, kalau pedagang yang di Nakamise itu sudah menggunakan mesin dalam proses pembuatan kue-nya. Kita bisa menyaksikan langsung cara pembuatan kue yang hanya berlangsung beberapa detik saja. Selain itu, kue juga dimasukan dalam kemasan plastik yang higienis dan mudah dibuka. Kemudian baru dimasukkan ke dalam kantong sehingga mudah ditenteng.
Oke deh... mungkin segitu dulu hal-hal sepele tetapi unik yang saya ceritakan. Di bagian satu ini kan ceritanya tentang makanan semua, nanti masih ada bagian keduanya yang menceritakan hal-hal lainnya lagi lho! Coming soon okay! Hohoho....
Hal-Hal Sepele tetapi Unik yang Ditemukan di Jepang (bagian. 2)
Apa yang paling ingin kamu tonton ketika menyaksikan berita di TV? Pasti berita utamanya donk ya! Kemudian, dalam acara-acara berita biasanya kan suka ada bagian acara yang menampilkan info prakiraan cuaca kan? Nah... sama halnya seperti acara-acara berita di Jepang. Semuanya pasti menampilkan info prakiraan cuaca di sela-sela acara berita. Ada perilaku orang Jepang yang menarik berkaitan dengan acara info prakiraan cuaca ini. Kalau kita, orang Indonesia, umumnya pasti tidak akan terlalu mempedulikan bagian acara yang satu ini kan. Yang biasa dicari dari menonton acara berita biasanya hanya berkisar berita-berita uptodate yang sedang ramai menjadi topik pembicaraan. Tapi begitu acara berita tersebut menampilkan info prakiraan cuaca, orang Indonesia umumnya tidak terlalu antusias, bahkan terkadang memindahkan ke channel lain.
Namun, hal yang berbeda dapat kita temukan pada perilaku orang Jepang. Entah kenapa, mungkin ini hanya pengamatan saya saja, ternyata mereka sangat antusias menyimak info prakiraan cuaca setiap harinya. Rasanya seperti ada yang ketinggalan atau tidak afdhol kalau tidak menyimak info prakiraan cuaca. Orang Jepang umumnya merasa sangat perlu dengan info prakiraan cuaca yang disampaikan. Mungkin ini ada kaitannya dengan kebiasaan mereka yang suka bepergian dengan berjalan kaki atau menggunakan angkutan umum seperti kereta atau bus. Iya beneran... yang saya rasakan dan perhatikan, mereka itu sangat suka bepergian sambil jalan kaki.
Selain itu, orang Jepang suka bepergian dengan menggunakan angkutan umum bukan berarti mereka nggak punya kendaraan lho! Banyak di antara mereka yang punya mobil atau motor, tetapi ketika pergi ke kantor misalnya, mereka lebih memilih naik kereta atau bus. Sedangkan mobil biasanya mereka gunakan kalau mereka bepergian bersama-sama keluarga. Berhubungan dengan kebiasaan mereka itu, bisa dibayangkan dong kalau seandainya mereka sedang bepergian, lalu tiba-tiba cuacanya berubah dengan drastis dari cerah menjadi hujan lebat, pastinya akan sangat menyulitkan mereka. Dengan menyaksikan info prakiraan cuaca terlebih dahulu, maka mereka akan dapat melakukan persiapan seperti membawa payung atau jas hujan kalau mereka akan bepergian.
Uniknya lagi, pemerintah Jepang dan unsur-unsur lainnya yang terkait, sangat peka dengan kebiasaan rakyatnya sendiri. Jepang menyadari kondisi cuacanya yang dapat berubah seketika sehingga dapat merepotkan penduduknya. Hal yang mungkin dianggap sepele oleh kita (baca: Pemerintah Indonesia), tetapi nampaknya malah menjadi perhatian bagi Jepang.
Lalu apa bentuk perhatian Jepang akan fenomena ini? Kalau teman-teman ada di Jepang, kemudian masuk ke sarana-sarana publik seperti misalnya hotel atau pusat pertokoan, maka teman-teman akan menyaksikan bahwa di semua pertokoan dan hotel akan menyediakan plastik kecil untuk kantong bagi payung yang basah. Plastik-plastik ini dibagikan gratis untuk semua pengunjung. Jadi, setiap pengunjung tidak perlu merasa repot dan terganggu dengan payung bawaan mereka yang basah setelah dipakai.
Selain itu, ada juga beberapa tempat, seperti hotel yang menyediakan "tempat parkir" payung. Bagi pengunjung yang membawa payung, ketika mereka masuk pusat perbelanjaan atau hotel, maka mereka bisa "memarkirkan" payungnya di sebuah lubang yang telah disediakan. Disediakan juga kunci khusus sehingga mereka bisa menguncinya. Pemilik payung dapat membawa kunci itu, lalu jika mereka akan kembali pulang, mereka pun dapat mengambil payung mereka tanpa khawatir tertukar dengan payung yang lain.
Nah... gimana? Menarik juga kan? Dari berbagai hal yang sifatnya kecil dan sepele itu kita bisa melihat masyarakat Jepang dapat menjadi contoh yang baik untuk ditiru.
Hal-Hal Sepele tetapi Unik yang Ditemukan di Jepang (bagian 3)
Jepang yang saya kenal nampaknya memang sebuah negara yang sangat menghargai alam. Coba deh kita perhatikan, misalnya dari pola arsitektur rumah atau bangunan tradisional mereka, umumnya mencoba memadukan unsur-unsur natural dengan kehidupan mereka. Rumah-rumah di Jepang desainnya dibuat seminimalis mungkin. Ini dikarenakan mereka menyadari bahwa wilayah negara mereka juga tidak terlalu luas. Jepang adalah sebuah negara kepulauan, sama seperti Indonesia. Oleh karena itu, otomatis jumlah daratannya pun tidak terlalu luas. Banyak bangunan dibuat seefisien mungkin, bahkan sekarang tipe-tipe rumah single sudah mulai ditinggalkan dan beralih ke tipe-tipe apartemen bertingkat. Hal ini mungkin didasari karena harga tanah yang relatif sangat mahal.
Seperti yang sudah saya singgung di atas, bahwa orang Jepang sangat tertarik dengan sesuatu yang berbau alam dan natural. Jika kita perhatikan lagi rumah tradisional Jepang, pola arsitekturnya selalu didekatkan dengan alam. Setiap rumah umumnya selalu dilengkapi dengan taman yang cukup luas, bahkan bisa lebih luas dari bangunan rumahnya sendiri. Konon desain yang dibuat dalam taman-taman itu pun punya makna filosofis tersendiri. Walaupun sama-sama dari Asia Timur, tapi jangan samakan antara makna filosofis Jepang dengan Feng Sui ala Cina lho! Karena konsepnya memang agak berbeda. Kalau Feng Sui ala Cina kan biasanya lebih ditekankan pada faktor sejauh mana desain suatu bangunan itu dapat membawa keberuntungan atau kesialan pada si penghuni rumah. Nah... kalau di Jepang, sepertinya lebih mementingkan unsur estetika dan mencoba membuat hubungan antara manusia dengan alam menjadi lebih dekat dan seimbang.
Sebagai bukti lain bahwa bangsa Jepang sangat menghargai dan suka dengan yang berbau lingkungan adalah pada saat pelaksaan Internasional Expo ... (saya lupa nama Expo-nya) yang diselenggarakan di Nagoya tahun 2005 lalu. Kalau saya tidak salah, pamerannya berlangsung selama seminggu. Pameran itu dihadiri oleh banyak stand perwakilan dari negara-negara hampir di seluruh dunia. Pameran itu mengangkat tema tentang hubungan antara manusia dengan lingkungan. Yang menarik, ternyata dari sekian stand yang ada di pameran itu, stand yang paling banyak dikunjungi pengunjung adalah stand dari Indonesia lho! Wah... terkesan sekali rasanya waktu itu. Pada akhir acara, perwakilan Indonesia dapat semacam penghargaan sebagai stand yang paling ramai dikunjungi. Ketika ditanya oleh panitia, mengapa mereka lebih tertarik datang ke stand Indonesia, ternyata karena stand Indonesia lebih menarik dan lebih menonjol "ke-alam-an" nya daripada stand yang lain.
Namun, saya kadang suka merasa miris juga. Kita begitu dihargai di Jepang (setidaknya ketika pelaksanaan pameran itu), tetapi begitu kita lihat kenyataannya di lokasi, banyak juga hal yang bertolak belakang. Sebagai contoh sederhana saja misalnya dalam penggunaan kertas dalam berbagai event seminar ilmiah. Di Indonesia kita masih menemui seminar-seminar dengan pemborosan penggunaan kertas. Jepang sangat efisien dan memerhatikan lingkungan. Lihat saja sebuah pertemuan level internasional, seperti pertemuan tahunan Asosiasi Perusahaan Penerbangan Internasional (IATA) di Tokyo, tidak ada pemborosan kertas di acara itu.
Setiap materi pertemuan difotokopi bolak-balik. Kualitas kertasnya pun sepertinya kertas kualitas nomor dua. Jadi sebuah materi seminar yang kalau diadakan di Indonesia akan menggunakan 10 kertas, di Tokyo cukup menggunakan lima kertas saja. Bisa dibayangkan kalau acara-acara semacam ini membutuhkan ratusan ton kertas, maka semuanya bisa dihemat hingga separuhnya.
Dari berbagai hal yang sifatnya kecil dan sepele itu kita bisa melihat masyarakat Jepang menjadi contoh dalam hal efisiensi, taat pada hukum dan peraturan, kejujuran, hormat kepada orang lain, kerja keras, dan disiplin waktu. Sebuah negara yang masyarakatnya sangat beradab.
| |
|