Kuro IT Staff
Posts : 148 Join date : 2009-06-08 Age : 31 Location : Bandung (pengen cepet pindah ke manapaun yangpenting jangan di Indonesia)
| Subject: Bangsa Jepang yang Modern pun Ternyata Percaya pada Takhayul Sat Sep 12, 2009 8:49 pm | |
| copas juga - Spoiler:
Saya baru saja membaca salah satu thread di Kaskus yang membahas tentang macam-macam takhayul yang dipercaya sebagian masyarakat Indonesia. Wah... menarik juga ternyata. Ada beberapa takhayul yang sudah saya dengar sebelumnya dan memang tau maksudnya. Tapi ternyata masih banyak juga takhayul-takhayul lain yang berkembang. Untuk membaca lebih lengkap, silahkan klik di sini
Jangan duduk di palang pintu, nanti susah dapet jodoh!” itulah salah satu contohnya.
Bagi orang Indonesia, mungkin kita pernah, bahkan sering mendengar kalimat di atas. Himbauan berupa kepercayaan takhyul yang turun temurun dan tidak memilki dasar kuat untuk dipercaya kebenarannya.
Kali ini saya ingin juga membahas takhayul yang banyak dipercaya orang Jepang. Bangsa Jepang yang kita percaya sebagai bangsa modern dan banyak bergelut dengan teknologi yang sangat memadai ini, siapa sangka ternyata merupakan tipikal masyarakat yang sangat percaya dengan hal-hal yang berbau klenik. Di negara yang super canggih dengan teknologi maju seperti Jepang pun, kepercayaan takhyul turun temurun ternyata masih tetap berlaku seperti:
1. Tabeta ato, sugu yoko ni naruto, ushi ni naru!
Arti dari kalimat di atas adalah: “Kalau habis makan langsung rebahan bisa jadi sapi!”
Saat ini, meski zaman telah modern, banyak orang tua Jepang yang masih memperingati anaknya dengan kata-kata seperti di atas. Secara jelas alasan kenapa kata-kata ini dipakai tidak diketahui. Tapi jika dianalisa, zaman dahulu Jepang berbeda dengan zaman sekarang yang serba canggih, mereka dulu harus bekerja keras agar dapat hidup (terutama setelah pemboman Nagasaki & Hiroshima). Agar anak-anak bersedia membantu orang tua bekerja di ladang, mereka selalu mengatakan “Tabeta ato, sugu yoko ni naruto, ushi ni naru!” (Kalau habis makan langsung rebahan bisa jadi sapi!)
Sedangkan di zaman sekarang kenapa orang tua masih menyampaikan kepercayaan ini pada anak-anaknya ialah karena mereka ingin memperingati bahwa: ” Tidak sopan - sikap buruk, jika setelah makan langsung rebahan”
2. Hinakazari wo hayakushimawanaito, yome ni ikiokureru.
Arti dari kalimat di atas adalah: “Kalau hiasan boneka `hina` tidak segera disimpan, bakalan telat nikah.”
Seperti kita ketahui, setiap tanggal 3 bulan Maret Jepang menyelenggarakan perayaan `Hina Matsuri` . Maksud dari perayaan ini adalah sebagai ucapan terima kasih kepada sang pencipta karena telah memberikan anak perempuan. Selain itu tujuan upacara ini adalah meminta keberkahan kesehatan untuk anak mereka yang perempuan.
Pada perayaan Hina Matsuri setiap keluarga yang memiliki anak perempuan, sejak bulan Februari harus memajang boneka `Hina` di ruangan tengah, yang terdiri dari pasangan putri dan pangeran disertai para dayang dan pengawalnya.
Pajangan boneka Hina ini, harus segera disimpan atau dirapikan jika telah lewat dari tanggal 3 Maret. Apabila tidak segera dirapikan untuk disimpan, mereka percaya bahwa si anak perempuan tersebut akan telat menikah nantinya.
Jika dilihat dari rata-rata umur menikah orang Jepang saat ini yang berkisar diatas 30 tahunan, mereka percaya salah satu penyebabnya adalah “Hinakazari wo hayakushimawanaito, yome ni ikiokureru” (Kalau hiasan boneka `hina` tidak segera disimpan, bakalan telat nikah)
3. Shitewa ikenai koto
Shitewa ikenai koto artinya sesuatu hal tidak boleh dikerjakan. Dalam kepercayaan Jepang, ada beberapa hal yang tidak boleh dikerjakan seseorang karena mengandung firasat buruk, diantaranya:
- Tidak boleh menyuguhkan makanan dengan jumlah empat (4) buah.
Angka empat (4) dalam bahasa jepang selain dibaca `Yon` juga dibaca `Shi`. Kata `Shi` sendiri berarti “kematian”. Berdasarkan hal tersebut, jika kita menyuguhkan kue dengan jumlah empat, maka seolah kita mengundang kematian. Orang yang memakannya akan segera meninggalkan dunia fana.
- Tidak boleh menancapkan sumpit makan di tengah nasi.
Saat kematian orang Jepang, kepala jenasah harus diberi bantal yang disebut “Makurameshi”. Bentuk dari makurameshi tersebut sama dengan bentuk sumpit yang ditancapkan di tengah nasi. Apabila kita melakukan perbuatan menancapkan sumpit di tengah nasi, berarti akan mempercepat kematian, begitu menurut kepercayaan orang Jepang.
- Tidak boleh saling mengambil/menerima makanan dari sumpit ke sumpit secara langsung.
Setelah meninggal, biasanya orang Jepang akan membakar jasad dari jenasah (kremasi). Dalam pembakaran tidak semua jasad berubah menjadi abu, masih ada beberapa serpihan tulang belulang yang tidak terbakar. Biasanya serpihan tulang belulang yang masih tertinggal akan dikumpulkan oleh dua orang atau beberapa orang mengunakan sumpit dan dimasukan ke dalam `Kotsutsubo` (tempat abu & tulang berbentuk botol kecil atau kotak). Jika kita saling mengambil/menerima makanan dari sumpit ke sumpit secara langsung, berarti dipercaya bahwa kita sama denganmemakan tulang orang yang telah meninggal.
| |
|
Lumiere Admin
Posts : 1032 Join date : 2009-05-22 Age : 31 Location : Dmana ya???
Character sheet Name: Alice L. Waldheim Dorm: Job: Vice Principal
| Subject: Re: Bangsa Jepang yang Modern pun Ternyata Percaya pada Takhayul Sat Sep 12, 2009 9:39 pm | |
| Itu, takhayul no 1, klo di Indonesia :
'Eeeeh.... geus dahar sare.... Ke jadi orai!' (Eh, sudah makan tidur, nanti jadi ular!)
Kayaknya lebih nyambung yg Indo ya? =/
Uh, klo gak salah si, ada kepercayaan juga, klo jumlah anak tangga gak boleh 13.Jadi tangga-tangga di sana pasti kurang atau lebih dari 13.....
Trus yang 'shi'... Emang katanya angka kematian... Mmmmmm.....
Kita ganti nama aja jadi 'yonkoku' ?? -emang ada?' *dbunuh | |
|
Kuro IT Staff
Posts : 148 Join date : 2009-06-08 Age : 31 Location : Bandung (pengen cepet pindah ke manapaun yangpenting jangan di Indonesia)
| Subject: Re: Bangsa Jepang yang Modern pun Ternyata Percaya pada Takhayul Fri Sep 18, 2009 10:10 pm | |
| @6 boleh aja aq ma ga keberatan toh aq cman seekor it staff | |
|
Sponsored content
| Subject: Re: Bangsa Jepang yang Modern pun Ternyata Percaya pada Takhayul | |
| |
|